Sabtu, 31 Desember 2011

2011 : Cheers For What I've Got and Lost

Well-eleven is a balance to me
Wah tanggal 31 Desember, sepupu gua ulang tahun!

(tanggal tua, dompet tipis, menunggu traktiran >.<)

Tahun lalu, gua masih baru masuk kuliah sebagai mahasiswa psikologi dan melewatkan tahun baru bersama Nita, Caca, Rani, Anggi, Agung, Angga, Doni, Ncie.

No plan, no expectations, do the best God take the rest. Mengawali refleksi akhir tahun 2011, gua ingin memberi satu tema bagi 2011. Yaitu tahunnya polisi. Sejak pertengahan tahun sampai akhir tahun.. gua berurusan dengan namanya mereka.


Korps Tri Brata bersama saya sepanjang 2011
Lost

- kecelakaan si hummer merah lengkap dengan penabrak plus polisi yang rese bikin temper gua naik turun
- si bleki-pun juga dikepruk kacanya menyebabkan laptop nyokap hilang, that's f**ked up moment ever. 
- si bleki lecet-lecet dan sampai sekarang gua belum punya uang buat body repair.


Achieve

Yah namanya bencana yaaah.. mau diapain, kejadian ya kejadian ajah. Semua hal busuk tadi kadang membuat gua mengutip penggalan lirik terbaik di lagu Iridescent : do you feel cold and lost of desperation, you build up hope, but failure all you've known... remember all the sadness and frustration... let it go.. let it go... 


Ha ha ha.. well, karena ditakdirkan sebagai badut transgender, jadi lebih baik gua membahas yang cihuy-cihuy aja yah!!

Tahun 2011 adalah kemajuan dari tahun 2010. Harus gua akui itu, semakin kesini semakin signifikan kemajuan. Coba kalau di flashback ke tahun 2009, gua udah jauh berjalan dan semakin jauh berjalan di jalan ini (jalan apaaan broo??-admin) (jalan apa aja boleh bro...-masbram) (bro..bro..jalan itu kan kuda..-adminjawa) (itu jaran brooo...-masbram) (*terdengar suara admin dan masbram terbahak-bahak*).

Anyway,

Akhir semester II gua mulai berkenalan dengan kepolisian. Awalnya mengantar Rayi (PSI'08) yang lagi skripsi tentang polantas, dia ketakutan kalau harus ke perpustakaan PTIK di Jl. Tirtayasa, Kebayoran Baru sendirian. Menggunakan gua sebagai shield biar gak diliatin sama polisi-polisi yang lagi kuliah (sebenernya gak ngefek sih, hihihii.. udah tau isinya batangan semua, kalo ngeliat rambut kuncir kuda, radarnya polisi-polisi itu langsung menggelinjang tidak karuan sambil menampilkan notifikasi : l..l..l..lady!! ).

Selesai menemani Rayi, di kepanitiaan Elefest gua jadi anggota divisi keamanan. Kalau kata teman-teman seangkatan : Oh Tyo jadi keamanan? Pasti amanlah acara.. muka centeng begitu. 


buset muka singa laut begini dibilang centeng. 


Tiba-tiba ditugaskan buat mengurus izin keamanan dan keramaian. Ini pengalaman kedua setelah saat reuni SMP, gua kebagian bantuin urusan izin keamanan karena dianggap yang paling bisa soal birokrasi diantara Gien, Yoga, Ain, Arthur.. cuma gua. Setelah mengurus izin keamanan dan keramaian, gua malah jadi keseringan berinteraksi sama polisi. Hal ini terus berlangsung, gua pikir setelah outline beres.. Rayi bisa ngelakuin sendiri penelitiannya. Heee.. gak taunya...

"Yo, nanti temenin lagi ya buat pilot study, nanti juga temenin lagi buat bagi-bagi kuesioner." 


Jreng!? Nah lho!

Ya sudahlah, itung-itung nyicil skripsi gua juga.

Tahun ini gua bertindak sebagai fasilitator bagi mahasiswa baru di pro-training campus named Grha Mahardika Paramadina. Ngerasain tuh namanya pergi pagi-pagi buta dan pulang malem-malem siwer beruntung saat itu besoknya belom ada kuliah. Sungguh pengalaman tidak terlupakan. Berpartner dengan senior di psikologi, Kenita Putri (PSI'08) kita bisa jadi partner cihuy. Bramantyo dengan muka yang membuat mahasiswa baru begitu tegang, lengkap dengan segala kedisiplinannya bisa diimbangi oleh Kenita yang centil, riang dan menyenangkan.

Meskipun bukan kelompok terbaik, saat kembali ke perkuliahan interaksi bersama mentee-mentee di GMP  tetap berlangsung. Kadang suka pulang bareng, ngerumpi, ngegosip.

Sekarang setiap ke rumah teman, teman-teman selalu mengenalkan gua sebagai : kenalin, ini ketua himpunan mahasiswa gua. 


Oh well.. Oh My God.

Jujur, ane kurang suka dikenalin jadi ketua himpunan mahasiswa tapi itu jabatan gua sekarang. Jadi.. terima aja deh.

Ya, sejak tahun ini sampai Oktober 2012 saya dikenal sebagai ketua himpunan mahasiswa di kampus. Tiga puluh orang termasuk saya dan wakil membantu seluruh mahasiswa aktif psikologi di kampus. It won't be easy but don't take it hard, only next 10 months. 

Terakhir tentang hidup gua di 2011 adalah : surrounded by police, but none of them catch me. Maksudnya, enam bulan terakhir di 2011 selalu urusan dengan polisi. Bahkan..diajak daftar polisi selesai S1.  Everything happens for a reason, and a reason cause everything happen. 


2012..2013..2014, selesai.

The Day Before NYE

Ok.. I won't upload my dev.psychology assignment video on my youtube
Yehhh bentar lagi tahun 2012. Kaga..kaga bakal kiamat, baru kiamat kalau tiba-tiba gua jadi menteri pertahanan (iya itu kapan mas brammm???-penonton) (hmm 20-25 years later might be?-mas bram) atau baru kiamat kalo bokap ngaku dia suka bohong sama anak-anaknya tentang Ayu Ting-Ting dan ST12.

Anyway..hari ini bisa dibilang hari penghabisan. 

Duit di dompet kosong..
Hatiku kosong (eaaaaaa!! Plakk!)
Bensin di Avanza setengah kosong dan di 'Hummer' merah juga setengah kosong..

Jadi hari ini niatnya gw ke rumah Icha'mbay' di Depok. Niatnya main-main, ngaco-ngacoan lah, pokoknya biar ngaconya kelar. Daripada direpresi, mengalami reaksi-formasi dan muncul pada perilaku yang diobservasi..malah gak asik! Biasanya dimana ada gua, Mbay, disitu ada Fani dan Aldi. Udah mau kontak Aldi, si masbro pengusaha ini rupanya lagi di Pulau Pari! Sepertinya doi spend NYE disono, berenang bersama ubur-ubur.

Pastinya gua sedang tidak bergairah belajar. Bosen tauk! Sekian ratus halaman diembat tiap hari, sekian puluh slide ditebas setiap hari, sekian belas halaman paper, makalah, laporan dibikin, sekian rumus dan tabel dipahami. Eleuh-eleuh ini mah kalo alamat-alamat burnout mah depreshit. Eniwei, ketua HIMA tetaplah manusia, awal semester sampai minggu tenang kuliah..minggu tenang yuk mari kita cengengesan. 
Okeh..terus lanjut ya ke cerita. Maaf agak macam penjelasan filsafat saja, muter-muter.

Daripada disangka si bokap anak bungsunya keluyuran jadi demonstran, mending laporan dulu.

"Bapak, aku pergi dl k'rmh temen di Depok. Aku ga jd korlap demo depan mabes polri."
Bokap-pun membalesnya dgn : "Asuuuuuuu koweeeeeeee!!"

Hihihihihi! Yah namanya juga anak broken home lagi membangun basic trust dan attachment. Walaupun secara umur udah di tahapan Identity versus identity confussion. Itung-itung recover deh, walaupun gua tau hasil akhirnya sama, but at least there's effort and progress, right?

Siang hari gua ke rumah Icha. Lumayan cepet lhoh naik bis istimewa bisa membuat gua pelor sebentar. Sesampenya di rumah Icha, kita iseng bikin video..video alat edukasi yaaa bukan video dewasa apalagi video lip sync pake lagunya Agus Hercules. 

Tidak disangka Icha bisa tampil meyakinkan!! Superrr scaryy!! Eniwei namanya bikin video itu kaga gampang, ngeliatin temen sendiri jadi talent bikin nahan ngakak. Video perkembangannya belum selesai karena voice over talentnya ngelawak mulu. Sebenarnya baik suara gua dan Icha udah bisa meng-arouse anak bocah buat sholat. 

Kelar bikin video, Icha pas gua lagi on the way ke rumahnya ngajakin main paintball. Sableng! Gw lupa bawa duit! Untung dalam rangka ngajak main sepupunya jadi dia yang bayarin. Ini pengalaman pertama main pistol-pistolan. Gua biasanya main balapan, main cewek (ups..) dan main hati (eitssss..). Setelah main, gw menyadari badan gua sangat besar dan sangat empuk dijadikan target! Ditambah safety lock senapannya suka ngadat bikin tim gw kalah mulu. Pake acara ketembak di paha lagi, tapi kok sakitnya cepet ilang ya? Hmmm..kita cek bekasnya hilang berapa hari?!

Kelar main, masih magrib dan gua faham sekali kalau lu balik magrib sama aja bunuh diri. Mending balik malem sekalian. Sampe rumah capek tinggal tidur. Selesai main dan makan, gua balik ke rumahnya Icha. Disana ngelawak-lawak sama Mas Roland dan Kenneth. Si Kenneth (dia cewe kok gan) ini rupanya sama aja kayak Okky. Ck ck ck.. Bedanya dia lebih ganas, nemu gua yang tampang skeri tapi otak miring..langsung klop sablengnya. 

What a fun day!
Psychology..
Police..
Gun..

I am seize the day. 

Kamis, 29 Desember 2011

Stay Local, Go International

Mr. Luigi Pralangga
Ane gak mau kalah sama teman-teman di program studi Hubungan Internasional.
Mereka bisa dapat tugas kenalan dan mengikuti dinamika anggota legislatif, bahkan kemarin saat ketemu salah satu dari mereka.. mereka udah nyaris dijadiin tim sukses sang anggota legislatif. Memang benefitnya banyak sekali, saya mengakuinya.

Omong-omong soal network, apalagi lulusan PL. Kalau networknya gak sesuai perkembangan jaman, bisa-bisa dicopot tuh badge PL dari diri ane. Untuk saat ini beruntungnya saya bisa berkenalan dengan penjaga perdamaian asal Indonesia. Sudah malang melintang, dari Jakarta naik kopaja 615 ke New York, terus naik bus AKAP (Antar Kota Antar Pulau) ke Iraq, lanjut lagi naik getek ke Liberia..betah di Liberia sekian tahun.. akhirnya balik ke Kuwait.. terus naik angkot bolak-balik ke Iraq.

Sudah setahun, dan mungkin saat Pak Luigi melihat blog ini..

Dasar psikolog labil, saya bingung ini tiba-tiba menghilang saja blog-nya yang lama. 

Kami berkenalan dari blog ini.
Sejak itu kami aktif berkomunikasi lewat berbagai media.

Termasuk dinamika kecerobohan saya dalam membalas e-mail dan akhirnya bisa mendapat kehormatan diundang mendengarkan streaming di mustangfm. It's an honor you know!

An Invitation to listen him on air :D

Eniwei, gua udah terlanjur kenal sama beliau duluan. Sampai hari ini beliau masih berbaik hati berbagi info tentang dinamika karir psikolog di United Nations. Kayaknya disono butuh bener psikolog. Kalau sudah begini, sangat sulit memutuskan, diantara dua pilihan : karir internasional atau karir berbasis bakat minat. Bekerja di United Nations adalah pilihan, begitupun pula berkarir sebagai perwira psikologi polisi yang sudah saya idam-idamkan sejak masuk kuliah psikologi.

Wallpost dari beliau

Nah kalau teman-teman melihat facebook saya di sini wajar saat bertemu beberapa teman-teman lama pasti ditodong : hoy, kenalin dong sama teman-teman lu. Gila, eksis banget lu di facebook mainnya sama karyawan PBB! 

Akhirnya, satu keputusan saya ambil. Selesaikan dulu di kepolisian, kalau sampai di perwira psikologi polisi. Lanjut ke UN Police :D, siapa tahu satu penugasan sama Pak Luigi. 

Muka Pasaran

Demonstrasi? Mending gua demo nembak..
Ane lagi menikmati minggu tenang di rumah dan dengan bodohnya kegep ga ke kampus (hehehehe..ngemengnya tetep kuliah..padahal :p) sama nyokap. Masih agak dendam sama kakak karena tadi malam udah niat mau bikin laporan edukasi psikologi perkembangan dan naasnya gua malah membiarkan laptop dipake kakak. Ilang deh insight buat bikin laporan.

Siang hari bokap sms.

"Yo, kamu lg dmn?"

Hah? Gua di rumah oy!
(Teman-teman sebagai catatan hal ini biasa terjadi antara gua dan bokap, karena sejak umur 5 tahun bokap dan gua tinggalnya ga bareng)

"Di rumah, lagi minggu tenang. Kenapa pak?"

Karena si bb lagi di charge setelah bales sms bokap. Fast forward dua jam kemudian..bahkan empat jam kemudian dimana gua sendiri udah gak di rumah. Jadi supir nyokap.

"Tadi di mabes polri bapak lihat korlap demo tinggi besar spt kamu."

Disangkanya gua korlap demoin polisi -_-"

*terdengar suara mas Bram ngakak didepan layar BlackBerry*

"Iya kali pak aku jadi korlap, adanya jadi intelkam. Wah, kalau begitu muka aku smkn tersamar nih bhkn bapak sendiri saru ga bisa bedain."

Eniwei, yang nulis blog gak pernah menjalani operasi acak-acak muka. Ga dioperasi aja mukanya acak-acakan. Lucunya, bokap sendiri kok bisa bias ngebedain mana anaknya yang psikolog ngocol kalo ngomong ceplas-ceplos dan mana koordinator lapangan buat mendemo kinerja polisi yang lagi acak-adut. Selain itu gua agak aneh dengan gabungan kata 'tinggi besar' karena tinggi beliau aja 180 cm, tinggi gua baru 176cm. Jadi logikanya kan lebih tinggi bokap daripada gw.

Yah tapi namanya udah gak ketemu setaun, wajar aja prediksinya agak berlebihan,

Rabu, 28 Desember 2011

Labelling is forbidden for Psychologist

William Shakespeare - google.co.id
Hal paling berat setelah mulai mendalami ilmu psikologi adalah : dilarang melabel individu. 




That's the hardest thing I ever do instead holding my laugh when I used to bullied at Men Only High School. 


Sampai akhirnya mempelajari pengantar psikodiagnostika atau lebih senang gua sebut sebagai pengantar tes psikologi. Mumet belajar hitung-hitungan, tes-tes kecerdasan, minat bakat, hingga sampai pada bab tes proyeksi. Di awal slidenya ada kalimat menyentuh dari Opung William Shakespeare mengenai labelling, dan membuat saya faham kenapa psikolog yang memahami manusia tidak bisa sembarangan memberi penilaian subjektif terhadap manusia.

Shakespeare's quote @projective technique psychology testing - Personal courtesy

Tidak ada hal yang baik dan buruk, berpikir yang membuatnya menjadi seperti itu


Membuat saya mati-matian untuk stay neutral dalam melihat sesuatu setelah menyimak quotes ini.

Image courtesy by 9gag.com

Who Says Psychologist Needs No Technology

Laptop + Tab teman + Terminal listrik = Asisten! 
Heeeeeeeeee siapa bilang mahasiswa psikologi tidak butuh teknologi!

Nih lihat saja saat kami ramai-ramai menyelesaikan tugas presentasi coping strategies untuk mata kuliah Kesehatan Mental (sering dimanipulasi menjadi kesehatan metal atau kesmen itu bikin mental gua gak sehat tauk! =D).

Hampir setiap hari kalau sedang penuh jadwal presentasi 90% mahasiswa akan membawa peralatan elektronik seperti laptop, iPod, iPad, BlackBerry, pokoknya yang bisa digunakan sebagai media storage. Sehingga saat presentasi, tidak lagi buku yang selalu dipegang, tetapi para gadget ini. Cukup signifikan efeknya, menghemat penggunaan kertas, tetapi membutuhkan kartu memori yang segede-gede gambreng. Alhasil untuk semester berikutnya saya memilih untuk memiliki hard disk eksternal. Bukan buat gegayaan, mengingat bahan mata kuliah mayoritas digital, belum lagi kalau harus identifikasi perilaku di film sebagai variasi perkuliahan, gambar stimulus untuk presentasi *meniru gambar pocong dosen Psikologi Umum II* berikut file-file laporan yang kalau ditumplek-blekkan di harddisk laptop.. lumayan bikin manyun kalau mencarinya (kalau sudah kebanyakan file, biasanya saya menggunakan fitur search di Windows).

Who says psychologist needs no technology than? 
Anyone? 



Jangan Samakan Aku *?*

Cacamaricaheyhey!
Kelas Pengganti di minggu tenang

APAAAA???

(suara raungan khas dosen psikologi Kepribadian yang suka ditiruin sama teman-teman sekelas untuk menyatakan afeksi terkejut)

Iya gua juga tahu siwak kelas pengganti di minggu tenang itu situasu banget! Sudah setiap hari nyawa dikorbanin demi tugas, libur bentar 'napa. Capek nih ngurusin manusia ada-ada aja kelakuannya. Ada yang galau karena bentuk ulekan dan cobek kurang menunjukkan simbol genital, ada yang tidak paham mengapa orang dewasa itu tidak pantang terhadap seks, dan sebagainya.. dan sebagainya..

Seperti hari ini menurut jadwal Universitas Paramadina kelas saya ada pengganti SPSS II dan Psikologi Kepribadian. Sejak pagi saya sudah tiba dengan kaul belajar enam tokoh pembentukan kepribadian manusia pada tataran alam bawah sadar. Risiko jadi mahasiswa psikologi salah satunya adalah mempelajari segudang tokoh dan kemudian jatuh cinta sama teorinya diakibatkan dalam penyusunan teori si tokoh itu mengalami drama kehidupan yang sangat tragis *ouch!*. Alhasil pagi itu saya tukar pikiran mengenai Sigmund Freud, Alfred Adler, Karen Horney, Carl Gustav Jung, Alfred Adler, Erik Erikson. Karena pagi itu masih laper, pantat digeser ke kantin. Saat waktu di blackberry menunjukkan waktu asdos sudah hadir di ruangan, barulah cabut ke lab.komputer.

Saat melintas di depan area Serikat Mahasiswa, dari selasar aula sesosok suara menyerupai kuntilanak baru dapet voucher Seven Eleven memanggil :

TYOOOO!! TYOOO!!


Oh rupanya neng Caca.. sapa balik gak nih?? Sapa aja..

CACAAA!!


Seujug-ujugnya.. doi malah teriak lagi :

TYOOO CEPETAN KESINI! KITA BUTUH GENDANG! 


He?? Maksyud loh?? *minta ditiban nih si caca!*
Dedemit!

Gua tau anggota Teater Tari Tradisional lagi pada latihan, tapi iya kalee jadi gendangnya, ogah deh gua bolak-balik di-spank! Lama-lama keperjakaanku terenggut! Aku tidak rela Rosalinda *alah..*



Subjek/Testee Tes Psikologi

Image courtesy : consultanthr.com - google.co.id
Intake data
Subjek
Testee
Tester
Observer
Instruksi
sogokan karena mau-mau aja jadi subjek atau secara jahanam gua bilang 'korban'. 


Kata-kata tersebut untuk mahasiswa program studi Psikologi Universitas Paramadina adalah jamak. Mungkin kalau yang jarang dengar yaaa berarti kerjaannya di kampus juga kagak jelas ngapain. Sejak semester I, sebagai mahasiswa yang baik dan benar, saya minat-minat saja kalau disuruh jadi testee, maksudnya diminta jadi testee/subjek. Lumayan menambah pengalaman dan pulang-pulang dapat bingkisan *enak yaaa* daripada manyun doang bisanya mantengin dosen rese kasih kuliah. Di psikologi gua baru mengenal beberapa tes antara lain : tes kepribadian, tes minat-bakat, tes grafis, tes proyeksi. Sementara yang nulis blog sudah menjadi korban *kayaknya serem amat ya? Padahal udah disogok macem-macem, mulai dari notes, coklat, bahkan mie ramen yahud Paramadina, parah banget ya yang nulis ini (elus dada)* tes-tes berikut :


- Tes grafis
- Thematic Apperception Test 
- Penyusunan Skala Psikologi 
- Psikologi Eksperimen  


Kalau tidak salah untuk tes grafis dan TAT tidak boleh menggunakan subjek mahasiswa psikologi. Untuk mengurangi bias (kecurangan) dalam skoring tes. Berhubung di kampus saat itu pada gak berani di tes psikologi karena asumsinya : tes psikologi = aibku terbongkar. Duile.. gak segitunya kali. Tadi siang, Evan dan Tami dari angkatan 2009 meminta saya bersama teman-teman sekelas sebagai testee untuk mata kuliah Psikologi Eksperimen. Tes berlangsung konyol, karena barik testee dan tester sudah saling mengenal.

Seusai tes, Tami sebagai administrator tes mengatakan : terima kasih atas kesediaan teman-teman menjadi testee kami, untuk sogokannya, silakan minta ke Tyo. *terus mereka berdua kabur,tinggal gua sendirian*

KUNYUUUKKK!!! *jurus flying shoes Dewa Brawijaya IV*

Siap-siap menerima Psychology : The Revenge of Mas Bram >.<!!

Selasa, 27 Desember 2011

Proyeksi Pria Sukses

Foto Ijazah *yang sering disalahartikan*
WIHI! Nemu lhooo foto ijazah kebanggaan!

Ya, sepertinya hanya SMA Pangudi Luhur dimana isinya seperempat manusia tiga perempat iblis tapi nurut sama mama yang mewajibkan siswa-siswanya foto ijazah dengan stelan jas formal. 

Eh kok kayaknya gua jelek amat ya disini? Perasaan dulu terlihat tampan hihihii!

Namanya juga keadaan tidak pernah memuaskan, lu bilang ganteng hari ini, besok lu bilang nista durjana. Well, foto ini adalah foto penerima penghargaan siswa terbaik program ilmu sosial SMA Pangudi Luhur, setelah sebelumnya menyandang status veteran. 

Omong-omong kalau saya pahami, kenapa sekolah melakukan ini? Hitung-hitung doa sodara-sodara, rajin yaaa sekolah ini mendoakan murid-muridnya sukses (tebak.. dan memang benar mayoritas lulusannya selalu memiliki pekerjaan yang cihuy!) bahkan repot-repot maksain : ayo, rapikan rambutmu dan mukamu yang blangsak itu buat ijazah! 

Hahahay! 

 

Life at 20

Graduation dinner sama sepupu gua (tengah) dan temannya
Aihhh... sooootoooyyynyooooo dirimuuuuuuu masbraamm!

Eniwei semakin umur bertambah, frekuensi orang memanggil dengan sapaan Tyo mulai berkurang dan lebih banyak memanggil dengan Bram. Kenape? Muke gua horor.. is it clear?? 

Begini ya adik-adik yang masih labil, saya juga masih labil. Eits.. siapa bilang kalian setelah masa ababil akan langsung memasuki fase dewasa yang tanpa ke-labil-an. Hihihi, kayaknya kaga gitu juga ah! Tahun ini umur gua 20 tahun.

20 tahun sodara-sodara.. let me clear it..
DUA PULUH TAHUN

Ohohoho.. Bisa dibayangkan saat ditanya umur berapa, gua sering menjawab tidak sadar : sembilan belas. Padahal udah kepala duaaaa!! 

Kayaknya di foto ini kita lagi bersenang-senang ya. Bahasa elitnya katarsis* (istilah psikologi dari Eugene Breurer saat menangani pasien-pasien histeria. Breurer menyebutkan istilah ini kemudian dikembangkan oleh Sigmund Freud menjadi teknik free association ), dinamika keuangan di umur dua puluh kadang terlihat indah pada teman-teman dibawah umur dua puluh. Kayak gua, kudu irit-seirit-iritnya. 

Apa aja sih enaknya berumur kepala dua

- Pulang malem juga oke.. (jarang sih, karena gua jam 10 aja suka udah ngantuk pas weekend)
- Umur 21 udah legal beli beer
- Umur 18 udah lewat, sepupu lu udah gak lagi ngajak nge-mall : let's have some drink! You're grow up man! 

Itu doang.. 

Selebihnya umur ini berisi tugas-tugas perkembangan seperti pacaran (sementara gua masih aja jomblo), tugas-tugas kuliah, belon lagi kalau lumayan aktif berorganisasi, merencanakan masa depan (selesai S1 Psikologi mendaftar kepolisian), bahkan.. ancang-ancang skripsi!!! Semua hal ini terkadang membuat saya lelah dan kehilangan me time, namun kalau dijalani dan diselesaikan satu per satu.. lumayan juga hasilnya, daripada lu manyun! 

One and Half Past.. Two Years Later..

Big Thank's to Mr. Rizky Aldino @aldino91 & @dyno_tour
Menurut gua foto sumbangan dari Aldi yang lagi ngeledekin gua sama Icha karena dia lagi pergi ke Pulau Pari buat arrange tahun baruan berkonsep eco-social-getaway keren! Tiba-tiba aja dikirimin sama dia.

Well, inilah tempat gua bercokol selamat tujuh semester dan sejauh ini udah menjalani tiga semester. Tempat yang membuat beberapa junior berkomentar positif karena sejak berkuliah sering menulis celetukan-celetukan yang bermakna dalam.

Disinilah kegilaan-kegilaan yang belum pernah gua alami terjadi! Kegilaan tidak dalam konteks setiap hari godain sesama teman, melainkan beberapa prestasi seperti menjadi ketua, wakil ketua, mendalami psikologi dalam kepolisian, psikologi dalam kriminal, sampai diceplokin sama kuntilanak karena terlalu santai di alam bebas saat leaders camp dan life exchanging experience. Peran sebagai prajurit (karena yang paling suka nongol pagi sama balik paling akhir.. >.<!) juga gua jalani disini. Sampai menjelaskan bagaimana bisa gua urusan melulu sama kepolisian, ya disini!

Anyway.. empat semester lagi lulus.. Hmmm..



Senin, 26 Desember 2011

Obrolan Sambil Nyetir

Keponakan yang sulit diidentifikasi dinamika psikologinya
Dinamika kehidupan di kota-kota besar hanya keren di film. Kalau menjalaninya tanpa sorot kamera yang ada tampak menyebalkan. Apalagi bagi mereka yang paham sekali pentingnya berkumpul bersama keluarga. Dulu masih sempat mengobrol di rumah, kalau sekarang mengobrol dilakukan sambil mengendarai mobil. Berbahaya memang, tetapi tidak banyak waktu dan waktu selama perjalanan rute Utan Kayu - Jl. Pramuka - Jl. KH Mangunsarkoro - Mesjid Sunda Kelapa - Jl. HR Rasuna Said digunakan untuk berbagi cerita mengenai apapun.

Pagi ini saat melintas di Jl. KH Mangunsarkoro, ibu mengagetkan saya dengan ucapan beliau :

"Rayya jangan-jangan autis lagi ya?" 

Ucapan beliau membuat saya sebagai mahasiswa psikologi ingin menginjak rem dalam-dalam karena terkejut, tapi urung karena membahayakan nyawa. Berkuliah psikologi itu lebih sulit daripada dilatih secara militer (menurut saya >.<). Menahan diri untuk tidak sembarangan memberi label pada orang dari segala jenis rentang usia apabila awam melakukan diagnosa independen pada seseorang yang berujung labelling.

"Buset.. Gak lah! Serem amat..!" 

Lagipula anak autis itu maladaptif sosial, lha wong ini anak bisa menyapa semua orang dan berinteraksi sosial. Walaupun ada dorongan agresi yang cukup kuat dalam dirinya sehingga terlihatnya hiperaktif dan rusuh. Attention Deficit Hyperactive Disorder-kah? Heh... gak tau! Sefaham saya, keponakan ini normal saja walaupun kelakuannya diatas rata-rata standar keluarga. Jadi ada semacam pergeseran tren perilaku. Kalau generasi saya cenderung malu-malu, hampir semuanya.. Kalau generasi keponakan saya..sepertinya perlu di cek lagi urat malu-nya *hula-hula*.


Tanpa Sosokmu Bapak..

Bokap - Sigit D.W.
Bagi banyak orang sulit mempercayai saya adalah anak hasil tumbuh dari broken home.

He he kebetulan saya udah gak peduli sama status broken home. Sekalipun besok saya melamar wanita pujaan hati, saya berharap ayahnya melihat saya sebagai saya. Karena kalau melihat bapak, adanya gak bakal boleh melamar anaknya.

Hidup bertiga sama kakak dan nyokap gua  pandang sebagai hal biasa di Jakarta. Inilah hidup, tidak semuanya harus sempurna. Baik apabila diberkahi dengan keluarga yang utuh tetapi juga harus bersyukur apabila keluarga seperti ini adanya. Kadang sedih juga masih di Jakarta, belum dinas kemana-mana, kumpul bertiga antara anak sama ibu saja susahnya minta ampun. Makanya kemarin saya memilih untuk tidak mengikuti kongres demi berkumpul bersama ibu dan mas.

Oh ya, bapak sendiri hidupnya sudah di Depok. Sekitar setahun lalu mungkin ya saya bertemu beliau terakhir. Sampai saat ini belum sempat bertemu. Beliau sendiri sudah berjanji akhir bulan akan menghampiri ke kampus. Namun saat memasuki tenggat waktu, beliau dengan alasan tertentu belum bisa hadir. Kebetulan saya juga sedang sibuk di kampus. Sehingga liburan semester besok mungkin kalau niat saya masih bagus, baru mau menghampiri beliau.

Tadi sore beliau SMS, mungkin balasan SMS dari saya agak menyakitkan beliau. Karena beliau sudah pasrah menghadapi kami-kedua anak lelaki yang sudah beranjak dewasa praktis mengganti figur ayah dengan figur dewasa kami. Beliau begitu putus asa, dalam SMS saya berkata :

"Bapak, bersyukurlah kami bisa tumbuh normal tanpa mengalami masalah apapun walaupun jauh dari bapak." 

SMS itu tidak terbalas sampai sekarang. Lagipula SMS bapak soal eksistensi dirinya sepertinya sudah beberapa kali beliau ungkapkan, sehingga saya membalasnya seperti ini : "Bapak, sepertinya bapak sudah mengungkapkan hal ini beberapa kali.". Tanpa berpikir bapak mulai mengalami dekadensi kemampuan kognisi disebabkan faktor biologis, saya malah berkhayal jangan-jangan bapak yang sekarang bukan bapak yang saya kenal dulu.

Pesan Ibu..

Selesai S1 Psikologi, daftar Polisi ah XD
Saat ini polisi lagi dicerca habis-habisan di media. Kemudian ibu saya mendadak memberitahu : jangan jadi polisi ah kamu! Citranya lagi jelek. 

hualah.. 

Sudah agak susah bu, karena anaknya mau jadi polisi bukan karena citranya. Dinamika psikologi di kepolisian lebih seru menurut saya. Awalnya lebih tertarik di militer, namun setelah self-directed-search personality test dengan konstruksi tes serumit hotel di Dubai rupanya manusia macam saya lebih cocok jadi polisi.

Hmm, ada hal unik dari perkataan ibu saya.

Mengapa beliau sangat yakin anaknya akan menjadi perwira polisi? 
 
Yah, kalau kata Mariah Carey dan Whitney Houston :

There's a miracle, when you believe.

Selama nyokap percaya anak bungsunya jadi polisi, maka yang beliau percaya, terjadilah. Anak bungsunya jadi polisi, setelah anak sulungnya jadi jurnalis. Lagipula kayaknya gua belum cerita soal bokapnya Icha yang mengajak untuk mendaftar sebagai polisi seusai S1. Kalau cerita, makin gak disetujuin kali. Makanya diem-diem aja dah, walaupun di kamar ada tulisan yang mudah dibaca antara lain :

"Selamat pagi Pak Polisi, selamat berdinas! Have a nice day!"

Sudah suatu bentuk proyeksi, daripada dorongan bawah sadar gak terkontrol lebih baik dikontrol dengan melakukan hal-hal nyata menuju suksesnya saya jadi polisi.

Do.. doakan aku jadi polisi
Re.. relakan aku jadi polisi
Mi.. misalkan aku jadi poliis
Fa.. fasti aku tetap bisa kembali pulang
Sol.. so-al komentar miring sudah biasa
La.. lama-lama bosan juga
Si.. siapa yang tahu diriku pasti, 
Do.. doakan aku jadi polisi


*blushing*


Saya Bramantyo Adi, selamat malam!

Minggu, 25 Desember 2011

Soal Kuliah..

Kelas Pengantar Psikodiagnostika @ S3 *Semester III*
Kuliah itu..

Indah..


Karena prosesnya cepat, gak kayak sekolah.. nunggu rapotan lamaa bener. Tau-tau udah UTS, tau-tau udah UAS, tau-tau nama gua jadi :
Bramantyo Adi, S.Psi


Busuk..


Saat sekolah, guru gak masuk itu surga. Kalau kuliah, dosen gak masuk itu petaka. Mesti arrange kelas pengganti.

Kuliah psikologi?

Bermakna


Sejak semester II mata kuliah yang dipelajari selalu membahas dinamika perilaku nyata, ada di samping mata lu persis. Sehingga tidak jarang terjadi sharing yang menggugah hati, bahkan hati yang dingin seperti gua juga bisa hangat saat mendengar sharing teman-teman sekelas.

Gua juga pernah sharing soal dinamika perilaku perkembangan anak broken home. Secara yang nulis blog ini ortunya bercerai aja yah, tentu hal ini menjadi pengetahuan yang bermakna. Baik saya dan teman-teman mampu mengidentifikasi aspek apa saja saat memahami perkembangan anak broken home.

Konyol


Masih segar di ingatan dosen Psikologi Umum II tengil parah, naro gambar kuntilanak sama pocong.

Pada jerit sekelas nih gara-gara slide ini
Ha ha ha gawat nih dosen! Nih ya, berhubung teman-teman gua imannya bagus gak kayak yang nulis blog. Bahkan mereka sembah sujud minta sama yang lain buat di-delete itu gambar pocong.

Kuliah..gambaran umum.

Saat kuliah, kita diwajibkan aktif, jangan cuma aktif nyontek pas ujian. Semakin naik semesternya, kita semakin dituntut pertanggungjawaban atas sumber yang digunakan saat presentasi. Saya pribadi sudah mengalami presentasi dari yang gak di-habisi dosen, sampai di-habisi dosen. Ha ha ha ha!

Satu Centimeter di Atas Kepala


Cukur-Embat : Selesai cukur langsung diembat pakai vacuum cleaner
Nah, beginilah nasib manusia labil. Jaman SD (iya, jaman gua masih imut-imut enak dicubit) bokap nyuruh gua botak aja, adem katanya. Duile, jaman dulu.. otak isinya udah doktrin : masuk PL! Masuk PL! Masuk PL! Jadi boro-boro mau botak, lihat orang botak aja malas. Gak ada angin, gak ada hujan, saat lulus SMA gua memilih rambut pendek. Kalau menurut perenungan bersama Satya waktu dia mau lulus :

"Kita udah dimatengin disini, jadi sekarang gak tau kenapa gua jadi males gaya. Udahlah rambut pendek aja."


Begitulah kesimpulan kami, tapi karena asas konformitas tinggi di PL, jadi mikir-mikir mau ngebotakin sebotak-botaknya gua. Sampai kuliah semester dua rambut masih pendek, sampai suatu hari ada dorongan alam bawah sadar yang begitu besar *duile!* saya mengarahkan diri ke tukang cukur..dan jadilah foto ini! Sampai hari ini gua pewe dengan rambut ala kadarnya, irit shampoo, makin kesini makin males keramas, mandi aja kadang malas kalau tugas belum selesai.


Entri Pertama

YEAY! Aslinya saya punya blog, domainnya sudah sejak tahun 2008. Namun dengan banyak pertimbangan, akhirnya blog itu abaikan dan buat baru lagi.

Saya Bramantyo Adi, mahasiswa psikologi dan tetap menulis disini